Kamis, 26 November 2009

Target Pasar Bisnis Teh Merah yang Cerah

Tidak Hanya Pasar Lokal, Pasar Internasionalpun meliriknya. Produk minuman teh merah dari tanaman Rosella (Hibiscus sabdarilla) mungkin tak sebesar nama saudaranya yakni produk teh hijau dan teh hitam. Namun, siapa sangka jika bisnis minuman teh merah justru perlahan kian moncer. Bukan hanya pasar lokal yang menginginkanya tetapi pasar Internasionalpun ikut memesanya.

Bagi Elmas Handi Prabowo, pahit getinya menjalankan bisnis jual beli minuman teh merah baru setahun ia tekuni. Baru sekitar Februari 2008 lalu Elmas mulai menanam bibit teh merah dengan cara menyewa lahan di daerah Songgokerto Batu.. Saat itu, ia tak yakin bahwa teh merah bakal booming seperti saat ini. Namun karena dorongan kuat dari orangtuanya, diapun tak segan mencoba.


“Berbekal Rp 15 juta dari uang tabungan pribadi, saya mulai melirik lahan kosong di daerah dingin Batu. Untuk sewa lahan seluas 4 hektar setahun dipatok Rp 10 juta, sisanya untuk membeli bibit seharga Rp 200.000 per kg dan untuk biaya pengolahan,” kata Elmas mengawali pembicaraan.


Elmas menjalankan usahanya ini tak sendiri, ia ditemani sang adik Diah yang bertugas memasarkan produk teh merahnya. Di bulan pertama tanam, Elmas sempat mengaku stres lantaran gagal panen karena hujan yang terus-menerus.


”Kuntum bunganya yang baru berusia empat bulan tiba-tiba layu diguyur hujan deras terus-menerus. Akibatnya, bunga teh merah itu tidak bisa dipetik karena mati semua. Tapi saat ini saya tidak berniat beralih ke usaha lain karena sudah kepalang tanggung mengeluarkan modal,” ungkap lulusan Teknik Elektro UK Petra ini.


Saat ini, setiap dua minggu sekali ia bisa memetik bunga teh merah yang dibudidayakanya. Setelah diproses secara manual, produk the merah itupun di jual secara berantai dari teman ke teman dan melalui website. Meski hasil usaha budidaya tanaman teh merah kini cukup diminati masyarakat, Elman pun belum berniat memasarkan secara masal ke supermarket. Alasannya, prosedur yang rumit dan kapasitas produksi lahan yang belum mencukupi.


“Lahan empat hektar yang saya sewa itu hanya mampu menghasilkan 500 kilogram kuntum bunga basah rosella per minggu. Negara Mexico dan Zimbabwe sebetulnya sudah order teh merah yang saya produksi, hanya saja stok belum ada jadi ditunda dulu,” lanjutnya.


Saat ini, bapak dua anak itu berniat memperluas lahan sekitar lima hektar lagi di kawasan Karang Lo Batu. Berdasarkan penelitian, kuntum bunga Rosella terasa masam jika dicampur air, kaya zat besi, vitamin A dan C, kalsium, serta serat. Kalsium tinggi sangat membantu pertumbuhan serta kekuatan tulang dan gigi. Sedang Vitamin A dan C serta kalsium berguna untuk kesehatan mata, kulit, dan tulang, dan seratnya sangat diperlukan untuk memperbaiki sistem pencernaan.


Untuk kemasan teh merah yang di beri merek ”Semar”, Elmas menjualnya
seharga Rp 7.000 untuk kemasan 50 gram berbentuk bunga kering, dan yang serbuk di jual Rp 7.500 untuk kemasan 50 gram dan Rp 13.000 untuk kemasan 100 gram.

”Saya juga menjual bunga kering curah seharga Rp 55.000 per kg. Jadi orang bisa membeli dan menjualnya kembali dengan merek berbeda,” Menurutnya, omzet per bulan yang didapat dari penjualan teh merah saat ini mencapai kisaran Rp 4 juta hingga 5 juta. Tetapi, disaat pasar sedang ramai omzet yang didapat bisa melebihi capaian tersebut.


Pemasaran teh merah merek Semar sekarang masih rutin di sekitar Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, dan Jakarta. ”Doakan agar di semester awal 2009 ini produksi teh merah bisa naik seiring dengan perluasan lahan yang kami lakukan,” pungkas Elmas. Dan bisa jadi teh ini bisa menjadi
franchise teh seperti halnya jenis the lain yang telah dahulu mengembangkan bisnis franchise teh.


www.surya.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar